Berbicara soal penyakit kusta, saya jadi ingat pelajaran IPA saat kelas 4 SD dulu. Guru saya menjelaskan soal penyakit kusta yang menular. Stigma saya saat itu terhadap penyakit yang menular, ya jangan dekat-dekat agar tak tertular.
Namun, setelah mengikuti live talkshow dengan radio KBR Selasa 12 April kemarin, saya jadi memiliki mindset yang berbeda soal kusta ini. Ternyata, penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang paling tidak menular loh. Bagaimana bisa?
Apa Itu Kusta dan Ciri Kusta
Dilansir dari alodokter, kusta adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kusta atau lepra menyerang jaringan kulit, saraf tepi serta jaringan pernafasan.
Kusta bisa ditularkan lewat percikan, ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin. Kusta adalah penyakit menular, namun jika ada kontak dengan penderita dalam waktu yang cukup lama. Setidaknya, butuh waktu 2 sampai 5 tahun kontak erat dengan penderita kusta sampai penyakit kusta ini benar-benar menular.
Penyakit kusta ditandai dengan gejala berikut:
- Mati rasa di bagian kulit, seperi tidak merasakan suhu, sentuhan, tekanan, dan rasa sakit
- Muncul lesi berwarna putih terang, dan menebal
- Kulit idak berkeringat
- Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
- Muncul luka tapi tidak terasa sakit
- Mata menjadi kering dan jarang mengedip
- Pembesaran saraf di bagian siku dan lutut
- Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung
Pengobatan Kusta
Meski menular, kusta dapat disembuhkan. Pengobatan kusta sendiri bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dari penyakit kusta.
Menurut Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV, proses penyembuhan penyakit kusta beragam. Pada kasus menengah atau kasus pausi basiler, pengobatan kusta dapat dilakukan selama 6 bulan hingga sembuh. Sementara, pada kasus yang lebih parah, prosesnya hingga 2 tahun.
Jika penderita kusta berobat secara rutin dan disiplin dengan proses pengobatannya, kusta dapat sembuh total dan tidak akan sampai menyebabkan cacat fisik. Pemerintah pun mendukung penuh pengobatan kusta ini dengan memberikan obat secara gratis kepada penderita kusta.
Stigma Masyarakat Terhadap Kusta
Saat ini, masyarakat kita banyak yang menganggap kusta adalah penyakit yang sangat berbahaya dan mudah menular. Di daerah tertenu bahkan ada yang menganggap kusta ini sebagai penyakit kutukan. Karenanya, penderita kusta sering sekali mendapatkan diskriminasi seperti dijauhi, dikucilkan, bahkan hingga pemutusan hubungan kerja dari perusahaan.
Nyatanya, kusta adalah penyakit menular yang paling tidak menular. Perlu waktu yang lama dan kontak yang intens sampai kusta ini dapat menular. Jika hanya satu kali pertemuan saja, belum tentu akan tertular.
Kolaborasi Pentahelix untuk Atasi Kusta
Pada talkshow Ruang Publik KBR 12 April lalu, diadakan diskusi bersama Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Sp.KK, M.Kes, Dipl-STD HIV FINSDV (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia) dan R. Wisnu Saputra, S.H., S.I.Kom (Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kab. Bandung).
Diskusi yang dilakukan adalah mengenai kolaborasi pentahelix dalam upaya mengedukasi masyarakat dan memutus mata rantai penularan kusta secara komprehensif di masyarakat. Kolaborasi ini melibatkan lintas sektor berupa akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, komunitas hingga media
Upaya apa saja sih, yang bisa dilakukan dalam kolaborasi pentahelix untuk mengatasi kusta ini? Berikut saya rangkum:
1. Dari sisi pemerintah, dengan mengupayakan dan menyediakan layanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi penderita kusta hingga sembuh
2. Dari segi lingkungan masyarakat seperti RT dan RW, untuk mengajak warganya yang terkena kusta agar segera pergi ke layanan kesehatan terdekat agar penderita kusta segera sembuh. Warga sekitar juga perlu diedukasi bahwa penderita kusta tak semestinya dijauhi.
3. Dari pihak pelaku bisnis, agar memberikan kesempatan kerja bagi penderita kusta selama penderita kusta tersebut mau berobat. Kehilangan pekerjaan adalah dampak yang lumayan besar bagi penderita kusta. Selain dampak ekonomi, tentunya beban mental juga akan semakin besar.
4. Dari segi media, dengan menyajikan fakta dan data yang akurat mengenai penyakit kusta. Sehingga, masyarakat dapat teredukasi dan tak lagi termakan hoaks atau mitos mengenai penyakit kusta.
5. Kita sebagai masyarakat biasa, sebaiknya ubah mindset kita. Penderita kusta bukan untuk dijauhi, tapi kita beri motivasi agar penyakitnya bisa sembuh total dengan cepat.
Jadi, mari kita sama-sama berkolaborasi agar penyakit kusta ini benar-benar hilang di negara ini. Selain itu, tetap jaga kesehatan agar daya tahan tubuh kita kuat dan tak mudah terkena penyakit.
Post a Comment
Post a Comment