Sedih banget sebetulnya, tulisan pertama ku di tahun 2021 ini judulnya seperti ini. Ga seperti tulisan teman-teman lain yang menulis tentang harapan-harapan mereka di tahun ini.
Anosmia itu ga enak banget. Hidup berasa hampa. Tak ada bau tak ada rasa. Meski bukan gejala yang gawat, tapi akan jadi masalah serius juga. Misal, saat ada kebocoran gas, orang yang sedang anosmia tentu tidak akan tahu ada kejadian kebocoran gas.
Awal Mula Terkena Anosmia
Semua berawal ketika adik saya, yang selalu tidur di studio foto miliknya, tiba-tiba pulang ke rumah dengan keadaan sakit. Saya sih ga curiga sama sekali, karena memang adik saya yang satu ini sering sakit-sakitan. Gejalanya juga selalu sama; demam, muntah, diare, dan batuk.
Lalu beberapa hari kemudian, hampir seluruh anggota keluarga di rumah mendadak sakit. Ada yang panas, ada yang hanya pilek, sementara yang paling parah itu bapak saya. Tiap pagi beliau selalu muntah, badannya juga panas.
Saat itu, hanya saya, suami, dan 2 anak saya saja yang belum ada gejala apa-apa. Melihat kondisi ini, saya kemudian mengajak suami untuk pindah tempat tinggal sementara, ke rumah mertua. Berharap kami tidak tertular. Saya paling khawatir kalau anak-anak saya sakit juga. Apalagi yang satu masih balita dan yang satu masih bayi.
Namun nampaknya virus sudah terlanjur menempel di badan saya. Sehari setelah saya pindah ke rumah mertua, saya merasakan sakit tenggorokan, lebih tepatnya sakit saat menelan. Lalu esoknya, saya mengalami demam selama 2 hari. Tidak ada batuk dan pilek. Hanya nyeri tenggorokan dan demam saja.
Seminggu kemudian nyeri di tenggorokan saya sudah hilang. Namun esok hari, tiba-tiba saya kehilangan indra penciuman. Padahal pagi hari penciuman saya masih normal-normal saja.
Di sini saya mulai panik. Saya masih denial dan berpikir mungkin karena polip. Namun semakin saya mengelak, semakin saya stress.
Akhirnya saya pasrah. Di sini saya mulai berfikir untuk melakukan tes swab, namun saya urungkan. Pertama, karena harganya memang tidak murah. Kedua, seandainya saya dinyatakan positif pun saya tetap harus melakukan isolasi mandiri kan?
Jadi, selanjutnya saya hanya fokus untuk memulihkan kembali diri saya. Dan ini adalah langkah-langkah yang saya lakukan sebagai upaya untuk bisa sembuh dari gejala anosmia ini.
1. Menerapkan Protokol Kesehatan dengan Ketat di Rumah
Kondisi saya yang masih menyusui bayi umur 2 bulan, memaksa saya untuk tidak bisa jauh-jauh dari bayi. Seandainya dititipkan pun, belum tentu ada yang mau. Sehingga, sepanjang hari saya memakai masker medis. Tidur pun memakai masker. Saya hanya buka ketika makan dan di kamar mandi saja. Makan pun di teras rumah, tidak di dalam ruangan. Setiap kali akan memegang bayi, saya selalu cuci tangan, minimal menggunakan hand sanitizer.
Anak-anak adalah orang yang paling saya khawatirkan saat itu. Ibu mana yang hatinya tidak sedih kalau anaknya sakit.
2. Meningkatkan Imunitas Tubuh
Kita semua tahu bahwa corona ini belum ada obatnya. Sehingga satu-satunya yang bisa saya lakukan ya dengan cara meningkatkan imunitas tubuh. Saya perbanyak asupan protein dan sayuran. Meski anosmia ini menjadikan makanan yang saya makan tidak ada rasanya, saya tetap paksakan untuk makan.
Suami juga membelikan saya madu, kurma, multivitamin, dan vitamin C. Setiap hari saya konsumsi semua suplemen tambahan itu.
Jika ada sinar matahari di pagi hari, saya berjemur. Saya berharap virus ini bisa segera mati dan gejala anosmia ini bisa segera sembuh.
Oh ya, satu lagi. Saya menghindari pikiran negatif agar tidak semakin stres. Ada yang bilang, stres akan memicu imunitas tubuh menurun.
3. Menggunakan Semprotan Pembersih Hidung
Pembersih hidung yang saya gunakan merk nya Respimer. Jadi Respimer ini isinya air laut murni (dari laut entah apa namanya saya lupa). Fungsi utama dari Respimer ini untuk meredakan gejala infeksi dan peradangan di hidung, seperti pilek, hidung tersumbat, rhinitis, sinusitis, dan lain-lain. Selain air laut murni, dia juga ada kandungan NaCl nya sebesar 2.2%.
Respimer ini saya gunakan 2-3 kali sehari. Agak tricky sih bagi orang yang baru pertama kali coba Respimer ini. Ga jarang juga saya merasakan isi dari Respimer ini masuk ke tenggorokan.
Sayangnya harga Respimer ini cukup mahal sih. Harganya sekitar 200 ribu-an untuk ukuran 100ml. Jadi saya irit irit pake nya.
Kalau tidak salah, Respimer ini ada beberapa jenis. Ada yang untuk dewasa, ada yang untuk anak bahkan untuk bayi. Untuk dewasa pun, dia punya 2 jenis. Nah, saya pakai yang warna oranye, namanya Respimer Hypertonic Decongestant.
4. Terapi Menghidu Selama 20 Detik
Awal mula saya sada bahwa saya mengalami anosmia itu saat saya mandi. Saya tidak bisa mencium aroma apapun dari sabun. Padahal, saya akhir-akhir ini semangat mandi karena saya sedang suka sekali dengan wangi sabun ini.
Nah akhirnya saya putuskan untuk melakukan terapi menghidu saat mandi. Saya hirup aroma sabun kuat-kuat sambil saya mengingat kembali aroma sabun ini.
Selain menggunakan sabun, saya juga menggunakan minyak kayu putih. Saya teteskan di selembar tisu, kemudian tisu itu ditempelkan di balik masker yang saya pakai.
5. Terus Berdo'a dengan Penuh Harap
Sekuat apapun kita berusaha, jika Sang Pencipta tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi. Karenanya, setelah semua usaha saya lakukan, saya pasrah, tawakkal, dan berdo'a. Sejatinya semua yang kita miliki ini adalah titipan dan semua yang terjadi adalah kehendak-Nya.
Gejala Anosmia Saya Mulai Berkurang
Bagi saya pribadi, butuh waktu sekitar satu minggu. Itupun kemampuan menghidu baru sekitar 20%. Dan ini adalah hari ke-11 ketika saya menulis ini. Alhamdulillah semakin hari indra penciuman dan pengecapan saya semakin baik. Meski belum pulih seluruhnya, tapi saya yakin saya akan sembuh seperti sedia kala.
Waktu untuk pulih bagi tiap orang mungkin akan berbeda-beda. Bisa jadi yang lain justru lebih cepat pulih, atau sebaliknya, lebih lama. Mungkin tergantung imunitas masing-masing.
Kalau saya sendiri, saya kira pemulihan saya cukup lama karena saya sedang menyusui. Nutrisi yang saya dapat dari makanan ya hampir semuanya terangkut ke ASI.
Oh ya saya akan sangat senang sekali jika ada yang ingin menambahkan soal tips-tips agar gejala anosmia menghilang. Akan lebih senang lagi jika yang berkomentar adalah orang yang pernah mengalami hal serupa atau justru datang dari tenaga medis.
Update: Alhamdulillah setelah 2 minggu, indra penciuman dan pengecap saya sudah kembali normal. Betapa bahagianya ketika saya bisa mencium bau asem khas bayi. Semoga kalian semua sehat selalu. Jangan kendor 3M. Kita semua ga ada yang kebal dengan virus.
Waah FIfaah,pengalaman yangg luar biasa di awal tahun,maksih loh tips2nya. Jadi ku tahu ternyata kalo anosmia tuh begitu. Kata yang familiar akhir2 ini yang menyerang beberapa temenku juga.
ReplyDeleteYang penting udah sehat kembali,alhamdulillah banget, kasihan soale ada bayik yang masih ASI yaa, tetep jaga kesehatan.
iya tehh alhamdulillah sekarang sudah sehat lagi. makasih teh nchie..
DeleteSaya pernah kena Anosmia.
ReplyDeleteUdah khawatir banget sih kalo terinfeksi virus corona, tapi setelah cek up lengkap di dokter, Alhamdulillah tubuhku aman dari virus corona dan kata dokter bukan cuman virus corona yang sebabkan anosmia.
betul mbak, ga cuma corona aja sih yang menyebabkan anosmia. tapi tetep aja aku ngerasa galau dan takut hehe
Deleteya ampun mak,sekarang udah membaik dan lebih sehat juga kan ya? semoga kamu selalu diberikan kesehatan dan perlindungan dari Allah swt ya
ReplyDeleteAlhamdulillaahhh, semoga senantiasa sehat ya, busui cantiiikk
ReplyDeletememang kesehatan itu harta yg paliiing berharga.
InsyaALLAH kita semua bisa sehaaatt selalu dan dalam lindungan ALLAH ta'ala.
Hai mbak Afifah. semoga segera pulih 100 persen baik untuk penciuman maupun keseluruhan kondisi tubuh. demikian juga anggota krluarga lain segera sehat. Meski kemarin total tanpa gejala, tetapi suami saya justru sudah terkonfirmasi positif covid
ReplyDeleteKehilangan penciuman disertai demam tak selalu berarti kena covid ya. Tapi namanya Anosmia. Duh jadi beruntung mampir ke sini, jadi nambah pengetahuan. Semoga semua keluarga besar baik-baik saja ya Mbak. Semua sudah sehat kembali. Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah ya, Mba bisa sembuh dan kembali normal. Ada beberapa teman tidak bisa balik lagi penciumannya. Memang nggak enak ya, Mba. Saya juga pernah tapi cuma 3 hari. Saya juga melakukan hal seripa yang mba tulis. Saya bahagia banget bisa mencium bau pub saya sendiri, padahal mah dulu-dulu suka eneg.. xixixi.. ternyata nikmat banget ya, Mbaaa..
ReplyDeleteMakasih tipsnya mbak. Aku biasanya pakai uap minyak kayu putih. Semoga kita selalu sehat ya mbak
ReplyDeletewah mbak afifah, aku juga merasakan ini mbak
ReplyDeletedua minggu g bs nyium bau, awlanya ya karena pilek, uda ke dokter sih
katanya ya flu dan infeksi tenggorokan
maka yg sy lakukan ya hampir sama kyk mbak
alhamdulillah udah seminggu ini sy uda bisa nyium bau lagi
Gejalanya memang mirip COVID-19 ya mba dan asli buat kita paranoid. Alhamdulillaaaah kita segera sehat yaaa
ReplyDeleteYa Allah..
ReplyDeleteSyafakillahu, kak.
Aku jadi merasa bahwa hal sekecil "membau" ini yang sering tidak kita sadari dan syukuri keberadaannya. Namun ketika nikmat ini hilang, mashaAllah...
Kemarin mas dan mbakku juga anosmia, kak.
Dan langsung lah SWAB.
Anosmia ini ternyata waktunya beragam juga untuk setiap penderitanya yaa..
Sehat-sehat selalu, kaka dan keluarga.
kebayang aku akan panik ya mba karena gejalanya mirip dengan pandemi covid 19 ini. Semoga kita selalu dalam lindungan
ReplyDeleteMakasih sharingnya mbak, saya malah baru tahu soal penyakit ini sehingga bisa tahu gejala awalnya. amit-amit sih jangan sampai kenalan sama virus ini. semoga selalu sehat ya mbak bersama keluarga
ReplyDeleteUdah berasa horor banget pokoknya ya mak kalo mendadak nggak bisa nyium apapun alias anosmia.. Huhuhu. Alhamdulillah udah sehat kembali ya mak.. Semoga kita semua bisa melewati pandemi ini dengan baik yaaa.. Aamiin..
ReplyDeleteBeruntung bisa membaca tulisan mbak Fifah jadi memang harus tetap tenang jaga jarak dan Prokes ya
ReplyDeleteBersyukur adik bayi ngga kenapa napa