Dalam rangka memperingati Alzheimer Awareness Month di bulan September, PT.
Eisai Indonesia dan PERDOSSI mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer
Sedunia dengan menggalakkan kampanye #ObatiPikun. Festival ini diikuti
mulai dari orang awam hingga dokter umum dan dokter ahli.
Sebetulnya, sama ga sih antara lupa dengan pikun? Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan pada penderita pikun? Nah di artikel ini saya akan bahas.
Apa Itu Pikun?
Menurut pemaparan dr. S. B. Rianawati, Sp. S(K), seorang Pokdi Neurobehaviour cabang Malang, pikun adalah suatu istilah ketika seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Pikun juga bisa berarti menurunnya kemampuan untuk berpikir pada seseorang.
Dalam dunia medis, pikun disebut sebagai demensia. Demensia adalah penurunan fungsi otak seperti menurunnnya daya ingat dan kecepatan berfikir serta berperilaku.
Apakah Sama, antara Pelupa dan Pikun?
Dokter Ria menjelaskan bahwa, lupa dan pikun adalah dua hal yang berbeda. Perbedaannya bisa kita lihat di tabel ini:
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelupa dan pikun adalah suatu hal yang berbeda. Meski, salah satu gejala pikun adalah lupa.
Pikun biasanya menyerang lansia, tapi meski begitu, pikun bukanlah hal normal dalam proses penuaan. Pikun lama kelamaan akan beresiko menjadi penyakit (demensia).
Gejala Pikun
Kalau tadi baru dibahas mengenai perbedaan pelupa dan pikun, nah berikut adalah gejala pikun. Seseorang dikatakan menderita pikun jika mengalami gejala di seperti berikut:
- Gangguan daya ingat atau sering lupa
- Disorientasi, bingung akan hari dan waktu, hingga tidak tahu jalan pulang
- Menarik diri dari pergaulan
- Perubahan perilaku dan kepribadian
- Sulit melakukan pekerjaan yang familier, seperti sulit menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
- Kesulitan memahami visuospatial-sulit mengukur jarak, tidak dapat membedakan warna
- Sulit fokus
- Gangguan berkomunikasi
- Salah mengambil keputusan
- Menaruh barang tidak pada tempatnya
Siapa Saja yang Beresiko Terkena Pikun?
Orang-orang dengan kondisi dan memiliki penyebab di bawah ini, sangat beresiko menderita pikun. Mereka adalah:
- Usia lanjut
- Diabetes melitus yang tidak terkendali
- Hipertensi
- Stroke dan penyakit jantung koroner
- Kadar lemak tidak normal
- Obesitas
- Disfungsi thyroid
- Depresi
- Kekurangan vitamin B12
- Keturunan
- Merokok
- Kurang Olahraga
- Pengaruh obat-obatan
Cara Mengobati Pikun
Pikun bisa diobati, namun tujuannya bukan benar-benar sembuh total dari penyakit ini. Pengobatan pada pikun bertujuan untuk meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, sehingga membuat penderita dapat hidup se-mandiri mungkin.
Ada 4 metode yang digunakan untuk mengatasi gejala pikun:
1. Mengatasi Penyebab Pikun
Pengobatan pikun dimulai dari mengatasi terlebih dahulu penyebabnya. Misal, jika pikun terjadi karena tumor otak, maka proses penyembuhannya adalah dengan cara operasi dan kemoterapi. Begitu pula jika penyebabnya adalah kekurangan nutrisi, maka langkah yang diambil adalah pemberian makanan dengan gizi seimbang dan pemberian resep suplemen.
2. Obat-Obatan
Dokter ahli syaraf akan meresepkan obat-obatan. Obat-obat ini bertujuan untuk memperbaiki gejala pikun dan meningkatkan fungsi otak.
3. Terapi Stimulasi Kognitif
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi dan mempperbaiki fungsi kognitif pada penderita pikun. Terapi ini juga sangat efektif untuk meningkatkan kualitas hidup. Caranya adalah dengan berolahraga, pemberian kegiatan fisik, bermain kata, membaca buku, menggambar, mewarnai, berkreasi, hingga memasak.
4. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah tindakan yang akan dilakukan oleh dokter pada penderita yang mengalami keadaan yang sudah parah. Misal, pada penderita demensia yang juga mengalami kanker stadium akhir. Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup di sisa umurnya, mengurangi rasa sakit, dan membina kondisi psikisnya. Perawatan ini sangat membutuhka dukungan dari teman dan keluarga terdekatnya.
Yuk Cegah Pikun dari Sekarang!
Jangan sampai menunggu gejala pikun datang, selagi masih muda, alangkah lebih baik jika pencegahan dimulai dari sekarang. Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menjaga kesehatan jantung, olahraga, konsumsi gizi seimbang, stimulasi otak-fisik-mental-spiritual, bersosialisasi, beraktivitas positif.
Aplikasi E-Memory Screening untuk Indonesia
Untuk memberikan edukasi seputar demensia, tes skrining kepikunan yang terpercaya, dan juga sebagai direktori rujukan ahli yang terpercaya, PERDOSSI didukung PT. Eisai Indonesia meluncurkan sebuah aplikasi yang dapat diunduh di android maupun appstore bernama E-Memory Screening, disingkat EMS.
3 fitur utama yang terdapat pada aplikasi ini adalah:
- Artikel seputar demensia
- AD8-INA skrining, untuk memberikan deteksi dini pada penderita demensia
- Daftar Rumah Sakit dengan dokter spesialis neurologis terdekat di sekitar tempat tinggal
Cara penggunaannya pun cukup mudah. Setelah berhasil mengunduh aplikasi EMS, kita tinggal membuat akun dengan menggunakan email. Setelah berhasil membuat akun, kita tinggal log in menggunakan email dan password yang didaftrakan.
Di aplikasi ini, kita bisa membaca artikel seputar demensia. Bisa juga melakukan tes skrining demensia. Caranya, cukup dengan menjawab semua pertanyaan pada aplikasi dengan sejujur-jujurnya. Selanjutnya, aplikasi akan mengeluarkan hasilnya. Jika aplikasi menunjukan gejala demensia, maka selanjutnya aplikasi akan menampilkan Rumah Sakit rujukan yang memiliki dokter ahli neurologi di sekitar tempat tinggal kita.
Ingat ya temans, gangguan memori dan kognitis perlu deteksi dini. Dan jangan khawatir, karena ada metode dan pengobatannya, juga dapat ditangani ahli. Semakin dini ditangani, semakin berpeluang mencegah kepikunan.
Post a Comment
Post a Comment