Setelah sekian lama akhirnya saya ada waktu juga untuk nulis cerita ini. Maaf yaa beberapa waktu yang lalu emang lagi sibuk-sibuknya sama kerjaan offline dan juga online ((ceileh sok sibuk)). Bagi yang sudah follow instagramku pasti sudah tahu dong saya pergi camping kemana. Yap! Gunung Papandayan! Hehe. Bagi yang belum follow, follow dulu atuh yuuk, instagramku @afifahhaq.
Sebetulnya banyak banget temen yang protes, "Papandayan mulu sih Fah". Sepertinya mereka sudah bosan lihat foto dan ceritaku di Papandayan, tapi buat saya mah, Papandayan ga ngebosenin. Hahaha. Terlebih, ini pertama kalinya saya camping membawa anak usia 2.5 tahun. Jadi menurut saya, gunung Papandayan adalah gunung yang paling cocok untuk dijadikan lokasi berkemah bersama anak.
Oh iya, di sini saya ga akan kasih tips soal camping bawa anak kecil ya. Kenapa? karena tips-tips seperti ini sudah banyak dibagikan oleh orang-orang yang sudah lebih jago dari saya soal pendakian. Terlebih lagi, tidak semua tips bisa diaplikasikan, karena tiap anak itu unik dan berbeda. Tips yang terbaik adalah tips yang datang dari naluri ibunya sendiri. Beneran deh.
Baca Juga: 7 Tempat Camping Ramah Anak di Bandung
Baca Juga: 7 Tempat Camping Ramah Anak di Bandung
Drama Keberangkatan
Apaan ini baru juga mulai udah ada tulisan drama nya. Hahaha. Tenang, drama nya bukan datang dari si kecil kok, tapi justru dari kami berdua sebagai orangtuanya. Semalam sebelum keberangkatan, kami berdua malah sibuk dengan pekerjaan kantor yang harus segera diselesaikan agar liburan kami tenang.
Namun ternyata pekerjaan kami masih belum selesai meski sudah begadang sampai jam 1 malam. Akhirnya kami melanjutkan kembali esok pagi nya. Itinerary yang sudah saya susun jadi berantakan. Harusnya kami berangkat pukul 6 pagi, tapi kenyataannya kami baru benar-benar siap dan berangkat pukul 11 siang. Tapi tak apa lah.
Perjalanan Cimahi - Garut
Gunung Papandayan terletak di daerah Cisurupan, kabupaten Garut. Kami memutuskan untuk berangkat dari Cimahi menggunakan angkutan umum. Ini rincian angkutan umum yang kami gunakan:
- Cimahi - Terminal Leuwipanjang menggunakan GrabCar, 30 menit, Rp 60.000,-
- Terminal Leuwipanjang - Cisurupan menggunakan Elf, 4 jam, Rp 35.000,-
- Cisurupan - Basecamp Papandayan menggunakan Ojek, 15 menit, Rp 50.000,-
Alhamdulillah selama perjalanan Fatih anteng. Hal yang paling saya khawatirkan itu saat di dalam mobil elf, takut dia rewel. Tapi ternyata Fatih malah tidur sepanjang perjalanan.
Membawa Anak ke Gunung Ada Prosesnya
Sejak awal keberangkatan saya sudah sounding ke anak saya, Fatih.
"Fatih, kita mau ke gunung, nanti Fatih jalan ya, kalau capek, duduk aja trus minum, ya?"
Anak saya mengangguk lalu menjawab "ndak main pasil (pasir)?"
"Iya, jangan main pasir terus ya, nanti tambah capek Fatih nya"
Anyway, sebelumnya Fatih sudah beberapa kali saya ajak ke gunung. Pertama kali ketika usianya 5 bulan. Lokasinya ke gunung Manglayang. Lalu saat usianya 1 tahun Fatih juga pernah kami bawa ke gunung Papandayan. Saat itu jelas saya gendong.
Batu Kuda 2017 |
Papandyan 2018 |
Baca Juga: Hiking ke Papandayan Bersama si Kecil
Nah, dua minggu sebelum pergi ke Papandayan (lagi) saya ajak dulu ke tempat wisata Batu Kuda, gunung Manglayang. Saya ingin pemanasan dulu, agar Fatih tidak kaget ketika mendaki gunung Papandayan nanti. Alhamdulillah di sana Fatih sudah mau diajak jalan dan mendaki.
Nah, dua minggu sebelum pergi ke Papandayan (lagi) saya ajak dulu ke tempat wisata Batu Kuda, gunung Manglayang. Saya ingin pemanasan dulu, agar Fatih tidak kaget ketika mendaki gunung Papandayan nanti. Alhamdulillah di sana Fatih sudah mau diajak jalan dan mendaki.
Cisurupan - Basecamp Papandayan
Sekitar pukul 3 sore kami tiba di daerah Cisurupan. Sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp, kami mampir dulu ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa perbekalan. Oh ya, di sini Fatih sempet cemberut karena ingin dibelikan mainan mobil-mobilan. Tapi akhrinya dia bisa dirayu, saya lupa dulu dirayu pake apa ya.
Setelah semua dirasa lengkap, kami melanjutkan perjalanan menggunakan ojek ke basecamp Papandayan. Tarifnya Rp 50.000,-, lumayan mahal karena tahun lalu hanya Rp 25.000,- saja. Jadi saran saya lain kali lebih baik bawa kendaraan pribadi saja ke sini. Kondisi jalannya juga sudah sangat bagus kok. Hanya tanjakannya lumayan curam.
Tiba di basecamp, kami segera melakukan pendaftaran untuk memperoleh tiket masuk. Kami membayar total Rp 65.000,- per orang untuk tiket masuk dan izin berkemah satu malam. Untuk ukuran tiket masuk gunung, harga segini terbilang mahal.
Basecamp Papandayan - Kawah Gunung Papandayan
Selesai urusan perizinan, kami menuju mushola terlebih dahulu. Menjamak shalat zhuhur dan ashar, kemudian mengisi perut dengan bekal yang kami bawa. Setelah dirasa siap, kami memulai pendakian sekitar pukul 4 sore.
Dari basecamp hingga ke kawah kondisi jalannya cukup nyaman. Sudah dibuat tangga dari batu. Bahkan ada jalur khusus loh untuk motor. Alhamdulillah Fatih mau kami ajak jalan. Setiap kali Fatih mengeluh capek, saya suruh untuk duduk dan minum. Kadang dia minta gendong juga sih. Saya gendong sebentar (tidak sambil jalan) lalu saya bujuk untuk jalan kembali.
Ketik "Locat!" lalu lihat apa yang akan terjadi |
Perlahan langit mulai gelap. Pukul 6 sore kami masih mendaki. Kami segera menyalakan headlamp. Ternyata headlamp yang kami pakai malah menarik perhatian Fatih. Dia juga ingin menggunakan headlamp. Ya sudah, saya berikan headlamp milik saya. Alih-alih dipakai, Fatih malah memainkan headlamp, memencet tombol headlamp berulang-ulang. Ya sudah lah, tak apa yang penting dia ga rewel dan mau jalan. Toh, jalannya masih terlihat karena masih ada cahaya dari headlamp milik suami dan adik ipar.
Kawah Papandayan - Pondok Saladah
Alhamdulillah sekitar pukul 7 malam kami tiba juga di ujung kawah gunung Papandayan. Menariknya, di sini sudah ada warung. Kami beristirahat kembali. Membeli susu hangat dan jajanan untuk Fatih. Di sini Fatih tiba-tiba ingin pup, beruntung sudah ada toilet dengan kondisi air yang melimpah di sini. Toilet beneran loh, bukan toilet ala-ala yang hanya ditutup bilik bambu dan di bawahnya ada kolam ikan.
Sekitar pukul 8 malam, kami kembali melanjutkan perjalanan. Masih butuh waktu pendakian 2 jam lagi untuk sampai ke Pondok Saladah, salah satu lokasi yang bisa dijadikan tempat berkemah. Kami mulai memasuki hutan yang cukup rapat dan semakin gelap. Beruntung, malam itu langit sedang cerah dan bulan sedang bercahaya. Sehingga kami masih bisa melihat pemandangan meski dalam keadaan gelap.
Maaf fotonya ngeblur, maklum model nya gamau diem, mainin headlamp terus |
Selama perjalanan menuju Pondok Saladah, kami berjumpa dengan beberapa pendaki. Banyak dari mereka yang menawarkan bantuan untuk membawakan tas carrier saya. Bukannya sombong tak ingin dibantu, tapi karena di carrier yang saya dan suami bawa ada banyak kebutuhan milik Fatih. Kalau dibawa oleh orang lain, saya khawatir nanti Fatih tiba-tiba perlu sesuatu yang ada di carrier milik kami. Terimakasih ya Akang-Akang semua sudah berbaik hati menawarkan bantuan.
Fatih Takut Hantu
Belum juga setengah perjalanan, Fatih tiba-tiba bilang, "Fatih sieun julig.." (Fatih takut hantu) "..tuh itu tuh julig nya, di situ, di situ.." tambahnya sambil menunjuk ke semak-semak. Otomatis saya merinding, tapi saya berusaha untuk tegar.
Saya rangkul Fatih.
"Fatih, di sini ga ada jurig. Di sini cuma ada ayah, ada mamah, sama bi Neng. Fatih ikutin mamah ya, baca surat An-Nas. Fatih bisa kan baca surat An-Nas?"
Fatih mengangguk. Saya peluk sambil membimbing Fatih membaca surat An-Nas. Alhamdulillah perlahan dia mulai tenang. Kami kembali melanjutkan pendakian. Sambil berjalan, saya terus melafalkan ayat kursi di dalam hati.
...
Bersambung ke Part 2, biar ga cape bacanya, hehe.
kalian kereeeen sih mba :D. aku aja ga kepikirna bakal ngajakin anak camping di gunung pula. dengan bawaan tas gede begitu, trus si anak bisa disuruh jalan sendiri , aku salut :D. ga yakin anakku bakal kuat. Tapi mungkin krn aku ga biasain kali yaaa...
ReplyDeletewah hebring ya anaknya gak banyak ngeluh
ReplyDeleteMaaak, ya ampun MasyaAllah TabarokAllah, kalian ini keluarga yang hebrriiiing banget
ReplyDeleteFatih hebat ya, bisa hiking di umur 2,5 thn
semoga aku juga bisa ngajak anakku hiking dan camping
--bukanbocahbiasa(dot)com--
aaww serunya mendaki dan camping bareng anak! aku pengen banget tapi belum kesampaian.
ReplyDeletega sabar baca part 2 nya nih aku
Seru banget ngajak anak beneran naik gunung dan bobo di kemah, ahaha... cuma emang mesti nyiapkan modal alat-alat buat naik gunungnya ya mak. Biaya masuk gunung juga lumayan, cuma sih gapapa kalau fasilitas diperbaiki supaya pengunjung juga lebih mudah menikmati perjalanan.
ReplyDeleteWow..keren..! Karena udah dibiasakan atau dikasih pemanasan dulu kok ya sebelum acara camping di alam. Aku blm pernah e mba. Pengen, tapi anakku pada ga mau... padahal edukatif juga kan, mengenalkan alam ke anak sejak dini
ReplyDeleteWaah, keren nih Fatih di usia 2.5 tahun udah camping aja. Ealah malah dari usia 5 bulan tok diajaknya. Keren oeeyyy.
ReplyDeleteMungkin anak kecil bisa melihat langsung ya, Mbak, itu jurig. Atau bisa jadi di semak-semak itu gelap, jadi serasa menakutkan. Untung aja ya, Fatih bisa segera tenang dan mau baca surat An-Nas.
Bisa jadi sih, karena gelap dan sepi juga. Aku ga yakin Fatih bener-bener lihat yang aneh-aneh. Mungkin dia cuma takut gelap aja
DeleteWuiiihh seru. umur 2,5 tahun udah diajak camping. Aku menanti part 2 nih. Apakah betul yang dilihat Fatih adalah jurig??? seruu seru
ReplyDeleteSeneng yah, sya belum pernah camping bareng anak loh hehe. Sesekali tar mau ah ajakin anakku kemping.
ReplyDeleteKerennnn, anakku sudah 5 tahun dan kami sedang berlatih mengajak naik gunung. Fatih udah keren banget. Apalagi Emak Bapaknya👍👍👍
ReplyDeleteAku belum berani bawa anak camping mba. Tapi seru nih, bisa naik gunung sama si kecil. Duh, aku kapan punya waktu libur. 😀
ReplyDeleteYa Allah, Fatih lihat jurig..
ReplyDeleteSalut banget mbak, bisa bawa anak usia 2,5th buat nanjak..
Aku jadi penasaran mbak, Waktu mau tidur ada drama gak?
Wuih fatih keren banget, makasih sharingnya ya teh, jadi tau ternyata papandayan itu kids friendly ya...
ReplyDeleteSeneng bngt y mba klo travellingan lengkap anggota keluarga ikut semua biarpun anak masih kecil klo Kita sudah mempersiapkan nya pasti nyaman Dan lancar yak
ReplyDeletepasti repot banget ya, mba...buat traveling biasa aja pasti rempong kan kalau bawa balita. tapi pastinya seru ya...dan kerepotan nggak ada artinya dibandingkan kepuasan dan pengalaman yang kita dapat :)
ReplyDeleteKOmpak banget siih...
ReplyDeleteAku jiper bawa anak-anak buat explore alam.
HIhii...yang akunya gampang takut soalnya...huhuu~
Padahal serruu begini yaa...bakalan jadi kenangan tak terlupakan.
tapi katanya anak kecil beneran bs lihat makhluk halus kan kak. jangan2 emang beneran yg diliat. hiii... btw hebat yaaa dr 6 bulan udah kemping loh, ini awalnya ayahnya kah yg suka?
ReplyDelete