Saya punya cita-cita resign dari kantor lalu bekerja dari rumah, bikin usaha. Dulu saya pernah punya impian untuk membuat usaha di bidang hijab printing, lalu berubah lagi ingin usaha di bidang makanan saja. Entah kalau besok. Hehe.
Sampai hari ini saya masih menabung untuk modal usaha yang akan saya rintis. Eh tapi gimana mau semangat nabung nya, kalau menentukan mau usaha apa aja masih galau.
Beruntung sekali pada hari Rabu, 21 Agustus 2019 lalu saya bisa menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh VISA dan @ibuberbagibijak. Tema yang dibahas kali ini adalah mengenai pengelolaan keuangan UMKM. Pas banget kan, sebelum saya punya bisnis, saya belajar dulu di acara ini.
Seminar ini dilaksanakan di Noah's Barn, Jl. Dayang Sumbi, Bandung. Acara ini semakin menarik minat saya karena pembicara nya adalah Mbak Prita Ghozie, seorang konsultan keuangan yang sudah tidak diragukan lagi soal finance.
Fakta tentang Literasi Keuangan Indonesia
Berdasarkan survey, tingkat literasi keuangan di Indonesia sebetulnya telah meningkat dari 21,8 pada tahun 2013 menjadi 29,6 persen pada tahun 2016. Namun sayangnya, tingkat literasi keuangan pada kaum wanita lebih rendah dibandingkan dengan kaum pria. Tingkat literasi pada kaum pria adalah sebesar 33,2 persen, sedangkan pada kaum wanita hanya sebesar 25,5% saja.
Fakta yang terjadi mendorong #IbuBerbagiBijak untuk memeberikan edukasi mengenai keuangan kepada kaum wanita, khususnya adalah ibu yang (biasanya) menjadi menteri keuangan di rumah. Hal yang isitimewa dari kegiatan #IbuBerbagiBijak ini adalah:
- melibatkan komunitas, khususnya perempuan
- mengusung konsep "train the trainers" , mengedukasi dan mendorong perempuan agar dapat berbagi pengetahuan dengan keluarga, tetangga, dan kerabat.
- memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai pentingnya literasi keuangan
Sebagai seorang pebisnis, atau yang baru saja akan memulai bisnis, biasanya ada 3 tantangan yang harus dihadapi seorang pengusaha:
- Pertama, mau usaha apa? Apakah usaha yang berdasarkan pada hobi/kesukaan? Apakah ada pasar nya untuk hasil dari hobi? Bagaimana jam kerja nya? Pertanyaan-pertanyaan ini betul-betul mewakili isi hati saya.
- Kedua, kebanyakan pengusaha tidak tahu untung atau kah rugi. Tips dari Mbak Prita adalah, pisahkan antara keuangan pribadi dan keuangan untuk usaha. Catat juga setiap arus kas yang masuk dan keluar. Lalu, perhitungkan antara modal investasi vs biaya.
- Ketiga, pertimbangan lain. Apakah kita akan bermitra dengan orang lain atau kah mengerjakan sendiri? Apakah kita akan merekrut karyawan?
Mbak Prita kemudian memberikan tips untuk mengelola keuangan bagi seorang pengusaha. Tips ini dibagi menjadi tiga garis besar, yaitu membuat rencana usaha, mengelola keuangan usaha, dan memisahkan keuangan usaha dan pribadi.
Membuat Rencana Usaha
Hal yang perlu dipahami serta disiapkan bagi seorang pengusaha adalah modal dan kebutuhan dasar. Mbak Prita membagi jenis modal dalam 3 kategori:
- Modal investasi awal, seperti properti, fasilitas pendukung, dan pelatihan tenaga kerja
- Modal kerja operasional, seperti barang dagangan dan barang pendukung.
- Biaya tetap, seperti biaya listrik, telepon, internet, biaya pemasaran, dan biaya pegawai.
Satu hal yang bikin saya tertohok dari penjelasan Mbak Prita adalah soal modal investasi awal ini, terutama dalam hal properti. Mbak Prita bilang, "pernah ga sih, kita memasukkan harga sewa untuk ruangan di rumah kita yang dijadikan tempat untuk menyimpan barang? Atau pernahkah kita memasukkan harga sewa untuk kompor yang digunakan untuk membuat makanan yang akan dijual?". Dari situ, saya berfikiir, iya juga ya, selama ini rata-rata orang meng-gratiskan modal tersebut. Padahal seharusnya itu dimasukan juga ke dalam anggaran.
Mengelola Keuangan Pribadi dengan ZAPFIN
Metode ZAPFIN adalah metode yang paling mudah diingat untuk mengatur keuangan pribadi. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kita perlu memisahkan dan mengatur antara keuangan pribadi dan keuangan hasil usaha. Nah, Mbak Prita memberikan tips untuk mengatur keuangan pribadi dengan metode ZAPFIN:
- Zakat. Sisihkan zakat 2,5% dari penghasilan per bulan jika total penghasilan kita selama satu tahun (nishab dan haul) sudah memenuhi atau nilai nya setara dengan 85,6 gr emas.
- Assurance. Sisihkan sebanyak 10 persen dari penghasilan kita untuk biaya tak terduga atau dana darurat.
- Present Consumption. Untuk kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya, Mbak Prita menyarankan untuk mengeluarkan 60 persen dari penghasilan.
- Future Spending. Sisihkan 15 persen untuk tabungan masa depan.
- Investment. Ada banyak hal yang harus kita investasikan mulai dari sekarang. Investasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang, saat kita sudah tidak produktif lagi. Sisihkan 10% untuk ini.
Begitulah kira-kira beberapa materi yang disampaikan oleh Mbak Prita di acara beberapa waktu lalu. Semoga tips dan materi yang saya bagikan ini bermanfaat untuk yang sudah membaca :)
Post a Comment
Post a Comment