Saya dan suami kebetulan memiliki hobi yang sama,
yaitu traveling dan melakukan kegiatan outdoor. Tapi semenjak hamil dan punya
bayi, otomatis hobi saya ini terhenti. Lama tak keluyuran bikin saya kangen.
Kangen jalan berjam-jam, kangen ngos-ngosan, kangen wangi hutan, kangen
dinginnya gunung, pokonya kangen semuanya deh! Nah, tahun ini kebetulan si bayi
menginjak usia satu tahun. Dengan sedikit rasa nekat dalam diri, saya
merencanakan untuk pergi hiking sambil bawa si kecil. Hehee..
Gunung Papandayan jadi tujuan saya. Kenapa? karena
gunung ini trek-nya tergolong mudah, tidak sesulit trek di gunung-gunung lain.
Pemandangannya juga cantik dan menurut saya ga ngebosenin. Lokasinya pun tidak
begitu jauh dari Bandung.
Sabtu, 28 April lalu saya bergegas dari rumah pukul
04.00 WIB. Sedikit ngaret, karena rencana sebelumnya kami berangkat jam 3
subuh. Namanya juga orang Indonesia.. hehe. Si kecil masih tertidur pulas saat
kami bersiap-siap. Karena saya tak ingin mengganggu tidurnya si kecil, saya
hanya menggantikan popok dan bajunya pelan-pelan. Tak lupa saya oleskan minyak
telon supaya dia tidak kedinginan di jalan.
Gunung Papandayan terletak di daerah Cisurupan,
kabupaten Garut, Jawa Barat. Perlu waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai di
pintu masuk Gunung Papandayan dari kota Bandung. Itu jika lalu lntas normal.
Rute Menuju Papandayan dari Bandung
Jika menggunakan kendaraan pribadi, arahkan kendaraan
menuju Rancaekek-Nagreg-Garut. Setelah sampai di Garut, langsung arahkan
kendaraan menuju Jalan Raya Samarang. Lurus terus, sampai tiba di pasar
Cisurupan. Patokannya adalah Indomaret Cisurupan, di sebrang indomaret ada
jalan masuk ke kanan menuju pintu masuk gunung Papandayan.
Jika menggunakan kendaraan umum, bisa menaiki mobil
elf jurusan Cikajang atau bus jurusan Pameungpeuk, lalu turun di pasar
Cisurupan. Dari situ, lanjutkan perjalanan menggunakan ojek menuju pintu masuk
gunung Papandayan. Jika datang dengan rombongan bisa menyewa kolbak.
Nah, perjalanan kali ini kami ingin menggunakan rute
yang berbeda. Dari Bandung, kami berencana untuk tidak melewati jalan Nagrek.
Kami melalui jalan Sapan lalu belok ke jalan raya Cijapati. Jalannya masih sepi
dan sepertinya akan selalu sepi kecuali musim mudik tiba. Siapkan kendaraan
yang prima karena jalannya penuh tikungan tajam dan tanjakan yang lumayan bikin
kendaraan ngos-ngosan. Tapiii dibalik semua 'perjuangan' melewati jalan ini..
terselip keindahan yang luarbiasa yang mungkin tidak akan saya lihat jika
melalui jalan Nagrek. Ini diaaa..
Pemandangan di samping kiri jalan raya Cijapati, indah ya? |
Perjalanan normal dari Bandung memang 3 jam, tapi kami
harus beberapa kali berhenti untuk sholat Subuh, sarapan, dan mengganti popok
si kecil karena ternyata dia pup. Perjalanan menjadi lebih lama, tak apa, yang
penting si kecil happy dan ga rewel.
Singkat cerita, sampailah kami di pintu masuk kawasan
wisata Gunung Papandayan. Dan petualangan pun dimulai..
Kawah Papandayan dilihat dari tempat parkir |
Titik awal pendakian |
Gunung Papandayan di zaman saya masih jomblo
dulu berbeda dengan sekarang. Gunung Papandayan sekarang sudah dikelola oleh
pihak swasta. Semuanya jadi serba tertata dan rapi bahkan mulai dari tempat
parkir. Fasilitasnya juga lebih baik dibandingkan dengan Papandayan 6 tahun
yang lalu.
Perjalanan dari tempat parkir menuju kawah Gunung
Papandayan idealnya sekitar 1-2jam. Jalannya sudah lumayan enak. Pihak
pengelola sudah membuatkan tangga dari bebatuan. Tapi walaupun jalannya sudah
nyaman, saya tetap menyarankan untuk pakai sepatu yang nyaman dan tidak licin
ya. Pemandangan khas bekas letusan gunung tahun 2002 lalu akan kita jumpai
selama perjalanan menuju kawah.
60 menit pertama perjalanan, si kecil masih saya yang
gendong. Rasanya? yaa dinikmati saja lah yaa namanya juga naik gunung, pasti
capek, hehe.. Sebetulnya si kecil sudah bisa jalan, tapi kalau dia dibiarkan jalan, saya khawatir dia berjalan semaunya dia, sementara di samping kanan kiri jalan banyak jurang, jadi ku putuskan untuk digendong saja.
Semakin mendekati kawah, aroma belerang semakin menyengat. Tak mau mencium bau belerang terlalu lama, suami saya akhirnya 'mengambil alih si kecil dari gendongan saya ke pangkuannya. Biar lebih cepat sampai atas katanya.. (hmm, dia meragukan kekuatan emak-emak).
Semakin mendekati kawah, aroma belerang semakin menyengat. Tak mau mencium bau belerang terlalu lama, suami saya akhirnya 'mengambil alih si kecil dari gendongan saya ke pangkuannya. Biar lebih cepat sampai atas katanya.. (hmm, dia meragukan kekuatan emak-emak).
1 jam kemudian kami sampai di kawah Papandayan. Ada
beberapa warung yang menjajakan makanan ringan di sekitar area ini. Makanan
yang saya buru adalah semangka..! Setelah cape keringetan lalu makan semangka
itu rasanya wah nikmattt tiada tara. Kebetulan si kecil juga seneng banget sama
semangka. Oya di dekat warung juga sudah ada toilet. Saya jadi ga repot
waktu si kecil pup, dengan leluasa saya bisa membersihkan dan mengganti
popoknya di toilet.
Ada beberapa spot menarik di Gunung Papandayan ini.
Mulai dari menara pandang dan pemandian air hangat di area tempat parkir, kawah
Papandayan yang khas, Hutan Mati, Pondok Seladah yang sering dijadikan tempat
berkemah, Tegal Alun dengan padang Edelweis nya yang luas, dan puncak
Papandayan yang indah. Namun karena membawa bayi, target saya hanya sampai
Hutan Mati saja.
Normalnya orang bisa mencapai hutan mati dalam waktu 3
jam dari tempat parkir. Tapi karena membawa si kecil perjalanan jadi agak
lambat. Penting sekali untuk menjaga mood si kecil agar tidak bosan, karena
kebosanan akan membuatnya rewel tak karuan. Si kecil juga masih minta mimi,
saat menyusui saya sih cari semak-semak biar ga keliatan orang hehehe..
Baca juga: Tips Hiking Bersama si Kecil
Kira-kira pukul 1 siang akhirnya kami bertiga sampai
di Hutan Mati. By the way, dari kawah Papandayan sampai ke hutan mati si
kecil saya yang gendong lagi. Dann sepanjang perjalanan menuju hutan mati doi
tidur syantik di gendongan sementara emaknya ngos-ngosan.
Eeh pas nyampe Hutan Mati si doi bangun |
Oke, jadi
jika dirangkum, seperti inilah itinerary perjalanan menuju Gunung Papandayan:
- Bandung - Pintu Masuk Papandayan: 3-4jam
- Tempat parkir Papandayan - kawah Papandayan: 2 jam
- Kawah Papandayan - Hutan Mati: 40menit-1jam
- Hutan Mati - Tegal Alun: 1.5 jam
- Hutan Mati - Pondok Saladah: 1 jam
- Pondok Saladah - Tegal Alun: 2 jam
- Tegal Alun - Puncak Papandayan: 1 jam
Sedangkan tiket
masuk Gunung Papandayan (untuk weekend) adalah sebagai berikut:
- Tiket masuk per orang lokal Rp 30.000,-
- Tiket masuk mancanegara Rp 300.000,-
- Tiket motor Rp 17.000,-
- Tiket mobil Rp 35.000,-
- Biaya parkir Rp 5.000,-
Untuk info tiket lengkap (tiket saat weekday, tiket untuk rombongan pelajar, dll) silakan cek di website resmi TWA Papandayan.
Cukup mahal
sih jika dibandingkan dengan tiket masuk gunung-gunung lainnya. Tapi ini
sebanding dengan fasilitas yang ada.
Sekian
cerita-cerita saya dari Papandayan. Ada yang berminat ke sini? :)
waaah, hebat berani bawa bocah ke gunung. aku bawa ke mall aja masih sering kerepotan, hihi :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAhaha iya nekat aku mbak :P
Deleteudah seriing banget ke garut, tapi belum pernah ke papandayan. Btw, salam kenal ya teh :)
ReplyDeleteAda saudara di Garut kah? Yuk cobain Papandayan :D salak kenal juga :)
Delete*salam kenal maksudnya haha typo maaf
DeleteWahhhh keren banget mbak, masih single aja blm prnh naik gunung hhihihi, mbak ajak anak naik gunung, keren banget
ReplyDeletehehehe lumayan buat turunin berat badan :P
DeleteWaah ... dedek kecil diajak travelling ke kawah ..😁
ReplyDeleteNtar kalo udah gede, dia pasti jadi pecinta lama 👍
Weuueew ... tarif tiket untuk turif mancanegara ... jauh banget selisihnya sama tiket turis lokal ya 🤔
hihi iya diajak soalnya ga tega ninggalin anak sementara emak bapaknya bersenang-senang :p iyaa harga nya hampir 10x lipat nyaa, :p
DeleteEh,maaf ya tadi komentarnya typo,kak 😊
DeleteHarusnya : pecinta alam, bukan pecinta lama.
Untuung, kita bukan turis mancanegara ya 😁
Harga tiketnya itu loh .. wuih bangeet
ehehe its ok :)
Deleteahaha iya, tapi temenku pernah disangka turis asing gara-gara kulitnya putih dan matanya sipit :p
Wah asik banget nih, Teh. Saya juga pengen deh gitu suatu saat nanti kalau udah berkeluarga..hehe
ReplyDeleteBelum lama juga habis mendaki, tapi kalau udah baca dan foto diatas gunung. Pengennya mendaki lagi.
Kebetulan minggu2 lalu dari Merbabu, rencana mau ke merapi tapi belum jadi, rasanya belum sreg aja gitu ke merapi dalam waktu dekat ini, entah kenapa, eh tadi pagi dapat kabar erupsi gunungnya..
waw firasat mas nya tajem bangettt.
Deletegimana kabar merbabu? saya terakhir ke sana 2 tahun yang lalu pas hanimun, gagal summit gara2 kesiangan haha alhasil kami ngecamp lagi buat summit besoknya.
mantab juga pengalaman travellingnya mbak. viewnya ekstream juga ya, landai..
ReplyDeletemakasih mas.. view papandayan emang keren :D
DeleteWah luar biasa mbaak. Dulu saya pernah nyoba bawa hiking tapi saya nyerah nggak kuat lama lama gendong anak saya hehe
ReplyDeletemakanya saya bawa suami, jadi kalau ga kuat gantian :D
DeleteMbaaaa... kalau saya punya 10 jempol, saya kasih semua deh..
ReplyDeletesaluutttt.. sekaligus mupeng..
Saya sebenarnya tertantang untuk hiking ke alam bebas gini bawa anak-anak.
Suami sih oke-oke saja, masalahnya saya jalan 1 meter aja udah pengen minta gendong hahaha.
Tapi saya ga mau anak-anak saya yang keduanya laki jadi lembek kayak emaknya ini.
Kayaknya bisa diikuti nih jejaknya.
Si adek gapapa ya cium bau belerang? saya kemaren ke Bromo sampai ga berani dekat kawah saking takut aja bayi dan si kakak ga kuat bau belerangnya :D
Duh jadi malu 😅 kalau mau hiking2 cantik boleh ke sini mbak, jalannya pelan2 aja sambil dinikmati pemandangan nya 😁
DeleteSebenernya suami agak khawatir sih pas lewatin kawah nya itu makanya si dedek suami yg bawa biar dedek nya ga lama2 nyium belerang nya 😅
Masya Allah cantik banget pemandangannya :')
ReplyDeleteSubhanallah ya allah indah banget aku tiap diajak naik ke gunungga mau tp liat ini aku jadi mau naik gunung
ReplyDeletesubahanallah.. indah banget jadi pengen kesana
ReplyDeleteWaaahhh keren bgt bawa anak kecil... Saluuttt...
ReplyDeleteHebat tth bawa si kecil naik gunung.
ReplyDeleteSaya aja bawa diri sendiri masih suka ngos ngosan pdahal tracknya gk trlalu curam. Lemah ny aku haha
udah lama banget pengen kesini, tapi belum kesampean sampe sekarang. btw, makasih infonya tteh,
ReplyDeleteAku kalah sama anak kecil hahaha. Cantik banget teh pemandangannya..
ReplyDeleteMasya Allah emaak hebat kece banget ih. Aku salut teeeh. Jujur aku yang kesana sama rombongan, trus menginap di tegal alun udah yanh capek banget kerasanya. Teteh keren banget pokoknya.
ReplyDeleteWah luar biasa teteh. Udah punya hobi yg sama sama suami. Anaknya pun diajak. Hiking ke gunung pula. Luar biasa. Saluutt deh.
ReplyDeleteKapan-kapan ajak aku yaa Teh kalo hiking hehe
ReplyDeleteJadi kangen udah lama ga hiking😀
mas klo berangkat dr bandung subuh jam 3 an gitu, enaknya dr mmana ya?
ReplyDeleteHai mas, enaknya lewat jalur Cukang Monteng aja Mas, lebih cepet sampe. Lewat Sapan atau Majalaya, nanti tembus ke Samarang. Tinggal cari petunjuk aja ke arah Cikajang / Cisurupan.
Delete